Dari 13 sungai yang ada di DKI Jakarta, tujuh di antaranya melintasi wilayah Jakarta Barat. Pemerintah Kota Jakarta Barat siaga menghadapi ancaman banjir besar lima tahunan yang diperkirakan akan melanda Jakarta pada Januari 2012. Di antara yang telah dilakukan dalam mengantisipasi banjir besar ini dengan membuat pemetaan wilayah rawan banjir.
Wali Kota Jakarta Barat, Burhanuddin memaparkan, tujuh sungai yang melintasi Jakarta Barat adalah Kali Mookervaart, Angke, Pesanggrahan, Sekretaris, Grogol, Cengkareng Drain, dan Kali Banjir Kanal Barat. Kondisi ketujuh sungai utama yang melintasi Jakarta Barat itu menyempit, sehingga kemampuannya mengalirkan air minim.
”Kali Ciliwung, mulai Kalibata hingga Bukit Duri, kemampuan mengalirkan air hanya 17 persen. Kali Krukut 37 persen, dan Kali Pesanggrahan 21 persen. Padahal aliran permukaan dari bagian tengah dan hulu sungai yang masuk ke Jakarta meningkat sekitar 50 persen dalam 30 tahun terakhir,” ujarnya di Jakarta, Senin (12/12).
Melihat kondisi tersebut, jelas Burhan, seluruh elemen masyarakat baik instansi Pemkot Jakarta Barat, Polri, TNI dan warga Jakarta Barat harus waspada terhadap ancaman banjir besar yang diprediksi akan terjadi di Jakarta. Sebelumnya banjir lima tahunan ini terjadi di Jakarta pada tahun 2002 dan 2007.
”Kita harus lebih waspada, Jakarta diprediksi terancam banjir besar pada Januari 2012. Banjir diprediksi kembali melanda ibukota seperti 2002 dan 2007. Bila hal ini terulang lagi maka seluruh segi kehidupan masyarakat akan lumpuh tidak berdaya,” imbuhnya.
Dikatakannya, wilayah Jakarta rawan banjir karena kondisi topografinya berada lebih rendah di atas permukaan laut. Ancaman banjir kian besar dengan kondisi sungai yang mengalami penyempitan dan pendangkalan.
Curah Hujan Menurutnya, diperkirakan puncak curah hujan terjadi pada Januari dan Februari 2012. Meski secara pasti hal tersebut belum dapat ditentukan besar curah hujan saat ini. Diperkirakan pada bulan Januari curah hujan 400-500 milimeter.
“Angka tersebut termasuk kategori curah hujan akan sangat tinggi. Bila intensitas curah hujan jauh di atas 300 mm, massa air yang besar tidak bisa tersalur ke laut dan terperangkap di Jakarta. Apalagi 90,33 persen wilayah Jakarta merupakan kawasan yang terbangun. Keadaan ini diperparah karena kondisi serupa juga terjadi di daerah penyangga. Daerah terbangun kawasan Depok, Bekasi, Bogor, dan Tangerang sekitar 60-79 persen,” katanya.
Diungkapkan, keterlibatan dan pemberdayaan potensi masyarakat juga menjadi hal yang utama saat pertama kali bencana banjir itu datang. Untuk itu, ia berharap setiap unsur baik pemerintah, TNI, Polri, Satpol PP dan unit lain terkait harus sudah bersiap dan melakukan tindakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
”Upaya lain yang kami lakukan dalam upaya antisipasi bencana banjir, yaitu dengan membuat pemetaan wilayah banjir. Dan tindakan jangka pendek telah disiapkan dengan memasukan logistik ke tingkat kelurahan. Sejumlah personel telah kami siapkan dibeberapa wilayah rawan banjir. Sehingga dalam tempo waktu tiga jam bantuan sosial, kesehatan, dan evakuasi akan tiba sesaat setelah ada informasi dari Pintu Air Katulampa, Bogor (Jawa Barat)
dikutip dari Suara Pembaruan.com